Saturday, December 27, 2008

Pesona Toraja (2)

SITUS lain yang membikin penasaran untuk dikunjungi adalah kompleks makam bayi dalam pohon di Kambira. Lokasi ini letaknya tak jauh dari Londa. Di Kambira, anda dapat melihat pohon Tarra’, tempat bayi-bayi yang telah meninggal dimakamkan.
Pohon Tarra’ ini memiliki diameter cukup besar, sekitar 80-100 cm. Pohon ini dilubangi untuk menaruh jasad bayi, kemudian ditutup dengan ijuk. Upacara pemakaman seperti ini dilakukan oleh pengikut Aluk Todolo (pengikut para leluhur). Bayi yang dikuburkan dalam pohon itu tidak dibungkus kain, sehingga benar-benar seperti bayi yang berada dalam rahim sang ibu. Sebatang pohon Tarra’ dapat dilubangi untuk lebih dari satu makam bayi. Semakin tinggi status sosial keluarga bayi yang meninggal, semakin tinggi letak lobangnya pada pohon.
Untuk mengunjungi situs-situs itu, anda tak perlu merogoh kocek terlalu dalam. Jika anda termasuk golongan “backpacker”, anda cukup membayar Rp 80 ribu ongkos bus dari Makassar sampai Rantepao. Dari sini, anda dapat memulai perjalanan dengan melihat-lihat pasar suvenir. Situs-situs makam kuno Ketekesu, Londa, Lemo, atau Kambira berada tak jauh dari Rantepao. Anda bisa menjangkaunya dengan ojek atau angkutan umum.

Pesona Toraja (1)

TORAJA memang menyimpan magnet magis. Situs-situs prasejarahnya yang berupa makam-makam kuno di perbukitan, tak pernah membosankan untuk dikunjungi walau telah berusia ratusan tahun.
Kalau anda termasuk orang yang “jirih” dengan hal-hal berbau kematian, rasanya tak ada salahnya anda menyimpan dulu ketakutan itu ketika berkunjung ke Tanatoraja. Atau boleh jadi, anda malah akan penasaran lantaran klan-klan keluarga yang hidup di Toraja justru menganggap kematian lebih istimewa daripada kelahiran atau perkawinan.
Buktinya, upacara penguburan sanak-keluarga dilakukan secara besar-besaran, bahkan menelan biaya ratusan juta rupiah. Usai upacara, jasad kemudian “dimakamkan” pada gua-gua atau bukit-bukit karst tak jauh dari tempat tinggal mereka. Pemakaman di bukit ini menyimbolkan agar arwah mereka yang telah “pergi” dapat segera sampai ke nirwana.
Sebaliknya, apabila keluarga yang ditinggalkan belum mampu melakukan upacara pemakaman, jasad yang telah kaku itu diletakkan di bagian atas tongkonan (rumah adat). Bagi penduduk Toraja, mereka yang telah meninggal belum sepenuhnya “pergi” sebelum upacara adat dilangsungkan.
Jika anda berkunjung ke Toraja, belum lengkap rasanya jika tak menyambangi Katekesu atau Londa yang merupakan makam gua terbesar di sana. Hanya diterangi lampu petromaks atau obor, pemandu akan mengantarkan anda melihat tulang-belulang manusia yang berserakan di dalam gua. Dari warnanya yang telah memutih, tengkorak dan tulang anggota tubuh itu kemungkinan telah berusia ratusan tahun.
Klan-klan suku Toraja hingga kini masih setia dengan tradisi itu. Meski kini mereka telah menanggalkan kepercayaan animisme dan dinamisme dan memeluk keyakinan tertentu seperti agama Nasrani, tradisi pemakaman dalam gua masih tetap dilakukan.

Sunday, April 13, 2008

“Fitna” Versus Rei dan Cinta

KATA “Fitna” tiba-tiba riuh disebut di mana-mana. Adalah http://www.liveleak.com/, sebuah situs video yang kali pertama memasang film berdurasi 17 menit itu. Ya, “Fitna” adalah sebuah film—tepatnya potongan gambar dan rekaman berita-- dari beragam media, yang dicomot dan disatukan secara provokatif oleh Geerts Wilder, politikus partai kebebasan (Partij voor de Vrijheid) Belanda.

Boleh jadi film cekak itu tak akan menggegerkan jika tidak ditambahi dengan kata-kata, gambar, dan cuplikan ayat-ayat Alquran yang dicomot sebagian, demi membenarkan pandangan Wilders bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan kekerasan serta kebencian. Tentu saja hal itu dianggap menghina dan melecehkan umat muslim dunia.

Saya menonton cuplikan film itu di http://www.youtube.com/, sepekan sebelum pemerintah meminta agar situs-situs yang menayangkan “Fitna”diblokir. Film itu dibuka dengan gambar pria berjenggot tebal,alis tebal, mata sangar, dan mengenakan sorban dengan bom di atasnya. Kita ingat, ini adalah kartun ciptaan Kurt Westegaard yang dimuat di koran Denmark, Jyllands-Posten, yang juga memicu kemarahan umat muslim 3 tahun silam.

Setelah itu, Wilders mulai mengutip ayat Alquran secara parsial dan sembarangan. Dimulai dengan surat An-Anfaal ayat 60, yang hanya dicuplik separo : “Prepare from them whatever force and cavarly ye are able of gathering. To strike terror, to strike terror into the hearts of the enemies, of Allah and your enemies.”

Sepanjang durasi film itu, Wilders hendak menyampaikan bahwa Islam adalah horor. Ia memasukkan gambar saat pesawat menabrak menara WTC, 11 September 2001. Juga peristiwa pengeboman stasiun kereta Atocha, Madrid, Spanyol, 2004, disertai gambar-gambar orang yang panik, tubuh yang terbakar, darah yang menggenang, serta musik yang menambah syahdu. Tak hanya itu, Wilders mengutip ayat lain, yaitu surat An-Nisaa ayat 56 dan 89, serta surat Muhammad ayat 4 di antara cuplikan gambar-gambar itu, sebelum akhirnya ditutup dengan khotbah :’’ Allah is happy when nonmuslim get killed.’’



Kontroversi “Fitna” mengingatkan saya pada Renjani, karib saya yang kini bermukim di Belanda. Kawan saya itu menikah dengan Wilbert, lelaki kelahiran Wageningen, Belanda, yang juga anti Islam.

Rei—begitu ia biasa disapa-- dan Wilbert bertemu di sebuah forum aktivis LSM, di Jerman. Mereka jatuh cinta dalam situasi yang absurd. Rei adalah muslim yang taat, sementara Wilbert, sejatinya dibaptis Nasrani, namun kemudian memilih menjadi atheis yang rada anti-Islam.

Setahun yang lalu, saya terkejut ketika membaca pesan pendeknya yang berbunyi:

’’Aku dan Wilbert segera menikah. Dengan dua kalimat syahadat. Setelah itu kami akan tinggal di Wageningen meski Wilbert harus mondar-mandir Kosovo-Belanda,’’ tulisnya sembari tak lupa menempelkan ikon smiley di layar pesan pendek itu.

Ternyata setelah satu tahun berpacaran, mereka banyak berdiskusi tentang Islam. Pandangan Wilbert bahwa Islam identik dengan kekerasan, ultrakanan, serta teror, tertepis manakala ia bolak-balik berkunjung ke tempat tinggal Rei di Semarang. Ketika berada di Indonesia itulah, ia merasakan betapa toleran keluarga dan tetangga Rei menyikapi perbedaan.

‘’ Belakangan Wilbert belajar sholat. Tadi siang ia ke masjid, ikut ayah Jumatan,’’ kata Rei suatu ketika.

Terlepas dari keduanya yang dapat menyikapi berbedaan dengan bijak, toh Rei menemui kendala tatkala hendak pindah ke Belanda. Negeri kincir angin itu menerapkan aturan yang sangat ketat untuk warga negara asing yang diperistri oleh orang Belanda, terlebih pendatang muslim. Namun cinta membuatnya pantang menyerah. Perbedaan agama, kata Rei, bukan soal, karena agama hanyalah jalan. Sedangkan Ketuhanan itu tujuan yang universal, bisa diraih dengan jalan apa saja. Keyakinan itu rupanya mujarab. Buktinya, hingga kini mereka rukun-rukun saja, tak peduli ada “Fitna”. (*)

Tuesday, March 11, 2008

Freedom from Hunger



KELAPARAN mengakhiri hidup Basse dan Bahir. Perempuan beserta janin yang dikandungnya, dan anak lelaki berusia 5 tahun itu tak sanggup lagi menanggung lapar yang mendera. Tiga hari keluarga itu tak makan.

Basse adalah istri Basri, 40 tahun, yang sehari-hari bekerja sebagai tukang becak di Makassar. Keluarga ini memiliki empat orang anak, dan hidup serba kekurangan. Tak ada yang peduli, hingga ironi yang merenggut dua nyawa itu terjadi.

Setelah itu, semua seolah sibuk memberi perhatian agar tak disalahkan. Tiga anak Basse lainnya – yang juga menderita gizi buruk—buru-buru dilarikan ke Rumah Sakit Haji, Makassar. Pejabat pemda bersigegap menggelar konferensi pers, bahwa mereka bersedia menanggung semua biaya pengobatan, bahkan berjanji mengongkosi biaya pendidikan Aco (3 tahun)-- salah satu anak Basse yang menderita gizi buruk.

‘’ Harga pangan makin mahal, Dik. Beras sekarang Rp 6 ribu, minyak goreng Rp 12 ribu, susu Rp 40 ribu, telur ayam Rp 12 ribu, daging sapi malah Rp 70 ribu. Belum lagi minyak tanah susah, bensin mahal,’’ keluh Bu Mul, rekan saya di kantor.

Saya tidak bisa membayangkan betapa susah hidup Basri dan keluarganya di Makassar sana. Sebagai tukang becak, penghasilannya tentu tak seberapa.

‘’ Lha wong yang pegawai macam kita saja rasanya susah. Apa lagi orang kecil macam Basri,’’ komentar seorang kawan saat menyaksikan berita kelaparan itu di televisi.

Tiba-tiba terbersit rasa bersalah di benak saya. Saya ingat manakala membuang sisa nasi kemarin sore, atau saat menghamburkan Rp 35 ribu kala memesan cheesy bite pizza hut dengan toping meatlover.

Sudah 63 tahun negeri kami merdeka. Mestinya tak ada lagi kelaparan seperti yang dialami Basse dan anaknya. Mestinya tak ada lagi rasa bersalah itu, sebab kemakmuran telah menawarkan perasaan bersalah itu.

Tetapi nyatanya tidak. Basse dan anaknya tetap mati. Selain mereka, ribuan orang yang terekspose mengalami hal serupa.

‘’ Bagaimana ya perasaan para pemimpin negeri ini melihat nasib orang-orang seperti keluarga Basse?’’ bisik bathin saya iseng.

Tiba-tiba lamunan itu buyar oleh teriakan seorang kawan dari meja belakang.

‘’ Kampret..., anggaran belum cair sudah dipotong 2 % untuk sogok sana-sini dan upeti operasional bos. Kalau tidak disawerin, kuitansi tidak diteken, duit tidak cair. Mau beli kertas dan tinta dari mana?’’ umpatnya jengkel.

Rupanya itulah jawabannya....

Thursday, February 28, 2008

Kantin Kejujuran

JANGAN heran jika Anda tak menemui seorang penjaga pun di kantin SMA Negeri 1 Ciparay Kab. Bandung. Meski banyak pembeli "menyerbu" makanan yang dijajakan, sang penjaga kantin tak akan pernah muncul. Uniknya, pembeli memahami benar keadaan itu. Mereka akan mengeluarkan uang dari saku dan meletakkannya dalam kotak khusus saat mengambil makanan, yang jumlahnya sesuai dengan harga banderol. Jika jumlah uangnya terlalu besar, pembeli pulalah yang mengambil kembaliannya.
Tidak, penjaga kantin tidak sedang berhalangan atau sakit. Kantin di SMAN 1 Ciparay di Desa Pakutandang, Kec. Ciparay, Kab. Bandung itu memang tak memiliki penjaga. Hanya kejujuran pembelilah yang memegang peran dalam kegiatan operasional kantin tersebut sehari-hari.

Rugikah? Tentu saja tidak, selama kejujuran dapat ditegakkan oleh para pembeli. Konsep yang sangat sederhana, namun mungkin akan sangat sulit dalam pelaksanaannya.

Kantin di SMAN 1 Ciparay itu dinamai Kantin Kejujuran. Sekilas, kantin ini tak ubahnya kebanyakan kantin lainnya. Pembedanya hanya dalam pola pembayaran yang menitikberatkan pada kesadaran pembeli. Kantin Kejujuran yang diresmikan langsung oleh Bupati Bandung Obar Sobarna, Selasa (15/1) itu merupakan metode baru yang rencananya akan diterapkan di seluruh sekolah di Kab. Bandung. Meski bukan yang pertama di Indonesia, boleh jadi Kantin Kejujuran ini merupakan yang pertama di Jawa Barat.

"Kantin Kejujuran ini juga menjadi ajang pembelajaran bagi generasi muda tentang pentingnya kejujuran terhadap diri sendiri, lingkungan, hingga bangsa dan negara," kata Obar Sobarna.

Ia berharap, tak akan ada lagi praktik "darmaji" alias dahar lima ngaku hiji (makan lima tetapi mengaku satu) dalam kehidupan sehari-hari. Jika praktik kejujuran ini mulai dapat diterapkan pada pelajar, maka diharapkan mereka akan menjadi penerus bangsa yang jujur untuk memajukan bangsa ini.

Kantin Kejujuran dapat merefleksikan tabiat para siswa yang ada di sekolah itu. Jika kantin tak bertahan lama karena bangkrut, maka hampir dipastikan para siswa di sekolah itu tak lagi berlaku jujur. Sebaliknya, kantin akan semakin maju saat semua siswa memegang tinggi asas kejujuran dalam kesehariannya.

Kantin Kejujuran itu digagas Pemkab Bandung, Kejaksaan Negeri Bandung,dan Karang Taruna. Tak tanggung-tanggung, Direktur Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Eko Soesamto Tjiptadi turut hadir dalam peresmian kantin tersebut. Hadir pula Ketua Karang Taruna Pusat, Doddy Susanto.

"Saya yakin, jika satu sen saja uang dari kantin tersebut diselewengkan maka umur kantin ini tak akan lebih dari tiga bulan," kata Eko Soesamto Tjiptadi.

Menurut dia, kantin tersebut merupakan media praktik pendidikan kejujuran bagi siswa sekolah. Siswa akan dihadapkan pada dua pilihan,apakah ingin menerapkan kejujuran hati nuraninya atau tidak.

"Kita seharusnya malu, Indonesia adalah negara terkorup kedua di Asia tahun ini. Ironisnya, negara ini memiliki sekitar 622.000 bangunan masjid dan paling banyak kegiatan khotbahnya," kata Eko yang disambut dengan riuhnya suara hadirin. Ia yakin, pemberantasan korupsi tidak akan berhasil selama tak ada peran serta seluruh masyarakat, termasuk siswa sebagai generasi penerus bangsa. Apabila kejujuran sudah diterapkan sejak dini, diharapkan akan dapat menyukseskan pemberantasan korupsi pada masa yang akan datang.

Acara pembukaan Kantin Kejujuran ini diikuti perwakilan SMA, SMK, dan Madrasah Aliyah se-Kab. Bandung. Pada tahap selanjutnya, program ini akan diterapkan di seluruh SLTA di Kab. Bandung. Pada kesempatan yang sama, Bupati Bandung memberikan dana stimulan bagi beberapa SLTA untuk menerapkan sistem Kantin Kejujuran tersebut.

Mungkin sudah saatnya para pejabat penting negara ini bercermin pada siswa SMAN 1 Ciparay. Jika anak sekolah saja bisa berbuat jujur, mengapa masih banyak pejabat yang korup? Tunggu apa lagi?

-- dikutip dari Pikiran Rakyat, 16 Januari 2008

Thursday, February 14, 2008

12 Februari

TANGGAL kelahirannya 12 Februari, bertepatan dengan tanggal lahir Charles Darwin dan Abraham Lincoln. Ia Ignatius, lahir 12 Februari 1979, lebih dari satu abad setelah Darwin menemukan teori evolusi yang monumental itu.
Tahun ini usianya genap 29 tahun. Orang bilang usia segitu adalah "the 2nd golden age", usia puncak kreativitas anak manusia.

Kalau boleh sekadar membandingkan, simaklah sedikit biografi Charles Darwin berikut kawan.
Tahun 1831 Darwin mulai berangkat berlayar di atas kapal Beagle. Waktu itu umurnya baru 20 tahun. Selama lima tahun kemudian, Darwin berlayar menyusuri pantai Amerika Selatan, menyelidiki kepulauan Galapagos yang sunyi. Ia menjumpai banyak keajaiban alam, bertemu dengan suku-suku primitif, menemukan sejumlah fosil, meneliti berbagai macam tumbuhan dan hewan. Tak lupa, ia mencatat segala yang dilihatnya.
Tahun 1842-- pada usia 33 tahun-- ia mulai menulis garis besar teori evolusi yang masyhur itu.

Tetapi benarkah Ignatius tengah menjalani golden age seperti halnya Charles Darwin? Ia hanya tertawa mendengar gagasan pertanyaanku itu.
''Ah, yang jelas aku makin tua,'' ujarnya sembari terbahak di ujung telepon.

Apapun alasannya, sebagai kawan perjalanan yang baik, tak ada salahnya aku mengucapkan selamat ulang tahun untuk kawan terbaikku itu. Bukankah acapkali kita lupa bahwa semakin tua umur kita, semakin banyak hal dalam hidup yang harus kita syukuri sekaligus kita persiapkan menjelang kematian?
Dan hari ulang tahun, adalah momentum terbaik untuk berintrospeksi sekaligus mengingat semua itu. Selamat Ulang Tahun, guy!